Keajaiban di Paris, Leonardo Veddriq Raih Emas Pertama Indonesia di Olimpiade!
Leonardo Veddriq mencetak sejarah gemilang bagi Indonesia dengan meraih medali emas pertama di Olimpiade Paris 2024 dalam cabang olahraga pa...
Krisis penumpukan kotoran di Sungai Seine semakin menambah kekhawatiran terkait penyelenggaraan Olimpiade Paris. Pada akhir pekan lalu, hampir 10.500 atlet dari 184 negara mengapung di sungai ini dalam upacara pembukaan Olimpiade di bawah hujan deras. Mike Tirico, komentator olahraga Amerika, mengumumkan bahwa tingkat E.coli di sungai terkenal ini "terlalu tinggi" untuk para perenang berlomba jika acara diadakan pada hari itu. Setelah musim semi dengan curah hujan yang tidak normal, tes air sungai menunjukkan bahwa tingkat bakteri E. coli lebih dari 20 kali lipat lebih tinggi dari biasanya.
Upaya sendiri tekah dilakukan pemerintah Prancis dengan terowongan bawah tanah dan fasilitas penyimpanan air senilai $1,5 miliar atau sekitar Rp22,5 triliun telah dirancang untuk memurnikan Sungai Seine. Namun hingga saat, masih belum ada solusi yang tepat untuk bisa menanggulangi masalah polusi di Sungai Seine ini. Salah satu cabang olahraga yang paling terdampak dari adanya kondisi ini adalah triathlon, yang sempat mengalami penundaan selama dua hari. Situasi ini mengingatkan pada kontroversi kondisi air dalam gelaran Olimpiade sebelumnya, seperti di Rio de Janeiro dan Tokyo.
Kondisi Sungai Seine yang buruk ini sendiri memicu reaksi kekecewaan dari berbagai pihak, mengingat lokasi ini adalah salah satu ikon dari Olimpiade 2024. Beberapa atlet bahkan mulai mencoba meningkatkan daya tahan tubuh dengan meningkatkan asupan probiotik. Melihat situasi ini, Amerika sebagai tuan rumah dari Olimpiade 2028 telah berencana untuk mengadakan perlombaan di Laguna Beach yang terbilang lebih aman dari jeratan polusi. Kondisi Sungai Seine sendiri bisa menjadi sebuah peringatan bagi negara - negara tuan rumah selanjutnya untuk melakukan persiapan dengan lebih baik.
